MUARA BULIAN - Berbekal catatan buku
cantik berisikan pengalaman sehari-hari, menjadi awal keberhasilan enam siswa
SMAN 10 Kabupaten Batanghari terbitkan sebuah buku cerpen.
'Your Heart is
My Heart' adalah judul buku cerpen yang telah diterbitkan dari hasil karya
siswa dan siswi pilihan SMAN 10 Batanghari.
Buku dengan
lembar halaman mencapai 200-an lembar tersebut, dibuat berdasarkan kumpulan
cerpen dari inspirasi kehidupan sehari-hari dari keenam siswa yang tergabung
dalam tim penulis cerita laponten (TPCL) di bawah binaan seorang Guru Bahasa
indonesi SMA 10 sekaligus pendiri TPCL dan pembimbing laponten Dewi Wulan Sari
SE.
Keenam siswa tersebut ialah, Rendi
Syaputra, Febriyatul Khairiyah, Riska Novita Sari, Denisa Riska Mulia, Riska
Rusmalinda, dan Siti Stalis Fiana Darazah. Tergabung dalam group TPCL terdiri
dari, siswa dan siswi kleas 11 dan 13.
Perbincangan
hangat tribunjambi bersama siswa dan siswi pilihan SMA 10 didampingi seorang
guru yang tak kalah cantik tersebut, diselingi dengan guyonan ditemani
keceriaan para siswa yang tengah bermain di halaman sekolah.
Dikatakan Guru
Pembimbing Laponten atau yang kerap disapa Ibu Dewi tersebut mengatakan, banyak
proses dan usaha yang besar untuk dapat menyatukan imajinasi dari masing-masing
otak yang berbeda untuk dituangkan dalam sebuah karya berbentuk satu buku
seperti saat ini.
Semua dan hal apapun yang dimulai dari
nol pasti akan menemukan kesulitan, namun dengan seiring waktu dan bimbingan
tentunya. Semua itu dapat dilalui dengan menghasilkan sebuah karya yang sangat
memuaskan dan membanggakan tidak hanya bagi individu itu sendiri namun juga
bagi banyak pihak.
Dikatakannya
pula, awal mula keenam siswa ini terpilih sebagai penulis cerpen bukan secara
instan, namun harus melalui seleksi dan penjaringan. Masing masing dari mereka
juga memiliki kemampuan dan kelebihannya masing-masing dan hobi menulis dari
genre yang berbeda-beda pula.
"Ada yang
menulis cerpen berdasarkan inspirasi dari keseharian di rumah, ada yang
berdasarkan pengalaman keluarga, ada yang dari inspirasi medsos dan ada pula
yang menghasilkan cerpen hanya dari melamun sejenak. Semua ada pada mereka dan
inilah hasil karya mereka," ujar Ibu berkaca mata tersebut.
Untuk mengasah
kemampuan mereka dan menimbulkan ide kreatif untuk dituangkan dalam sebuah
tulisan, anggota TPCL wajib memiliki " Buku Cantik" (buku saku) yang
mana buku tersebut selalu dibawa kemanapun berada sehingga dalam satu minggu
ada satu cerpen yang dihasilkan dari buku cantik tersebut. Dengan demikian mereka dapat
membiasakan menulis, dan mendapatkan ide-ide menarik yang berbeda disetiap
tulisannya (cerpen). Selain itu juga untuk menimbulkan gairah dalam menulis di
diri mereka.
"Kita
bekerja bukan sekedar kata, namun pembuktian," Itulah Moto yang selalu di
pegang TPCL
Dari metode
tersebut terbukti sudah ada satu karya buku yang tercipta, dalam kurun waktu
satu tahun. Akhirnya cerpen mereka tersebut dapat disatukan dalam sebuah buku
yang didalamnya terdapat beberapa cerpen.
Dijelaskannya pula, masing masing
personil tersebut juga bukan sekedar hobi menulis dan menghasilkan sebuah
cerpen saja. Melainkan masing-masing mereka memiliki prestasi yang membanggakan
baik kompetisi menulis tingkat sekolah hingga provinsi bahkan kompetisi yang
diadakan Kabupaten di luar Sumatra, dengan peserta umum bahkan kalangan dosen.
"Untuk Febi
misalnya pernah menjadi juara dalam ajang menulis yang diadakan penerbit HANAMI
di Jember, untuk kategori tingkat umum. Luar biasanya dirinya mampu bersaing
dengan peserta dari kalangan dosen," ujarnya.
Sementara itu,
bagi para penulis cilik ini sendiri banyak memiliki cerita tersendiri dalam
menghasilkan sebuah cerpen.
Dan mereka tidak sungkan berbagi cerita
bersama Tribun bagi mereka menulis merupakan hal rutin yang harus dilakukan
setiap hari sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan maka akan ada yang
kurang dalam menjalani hari.
"Kesulitan dan jenuh itu pasti ada,
itulah gunanya tim dan teman untuk saling menguatkan ketika satu dari kita
mengalami hal tersebut," ujar Riska satu dari penulis cerpen.
Febi misalnya,
selain tergabung dalam TPCL dan membuat sebuah buku cerpen, juga telah
lebih dulu membuat sebuah cerpen dalam bentuk buku syang berjudul
"Sepenggal cinta untuk papa" yang diilhami berdasarkan kisah
kehidupan keluarga, dan pengalaman pribadi.
"Terkadang
banyak hal yang terjadi secara spontan namun kerap ditemukan dikehidupan
sehari-hari, dan itu bisa menjadi awal untuk penulisan cerpen," ujar gadis
berkerudung tersebut.
Meski demikian,
berprestasi dan membuat bangga baik sekolah maupun orang tua. Kegitan ekstra
kulikuler tersebut tidak mengaganggu tugas pokok dan status mereka sebagai
pelajar.
Diantaranya dengan
membagi waktu dimbangi dengan jadwal sekolah.
"Kuncinya
harus pandai mengatur waktu, menulis itu harus santai dan rileks ada yang
menulis setelah melihat youtube, ada yang usai bengong, ada juga yang
memanfatkan waktu subuh. Jadi tidak harus malam ataupun saat jam sekolah,"
Jelasnya lagi
Meski mereka
telah berhasil menerbitkan sebuah buku cerpen, namun TPCL masih memiliki target
kedepan. Tentunya akan menerbitkan satu karya lagi, namun apa itu masih
dirahasikan dan dalam perancangan namun tetap mengangkat tema budaya lokal.
" Sekarang
kita sedang fokus untuk mengikuti lomba penulisan cerpen kalangan SMA ditingkat
provinsi," pungkas Dewi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar